Ternyata tidak semudah mengucapkannya.
Memaafkan membutuhkan keluasan hati, cinta yang tak pernah habis.
Dan ternyata saya sudah tidak memilikinya.
Rasa cinta itu hilang. Rasa sayang dan memiliki itu pergi ntah kemana.
Sering saya berpikir, termenung dan mencari jawabannya.
Mengapa hati saya begitu keras dan tertutup untuk Beliau dan juga mereka..
Beliau yang dulu saya kagumi karna semangatnya, karna kecantikannya, karna kegigihannya di dalam membesarkan 3 orang puteranya seorang diri.
Kemana rasa kagum itu pergi?
kemana perginya rasa kasih dan sayang saya untuk mereka..
Saya sadar, bahwa saya benci penolakan.
Saya benci ditolak dan kadang untuk kembali berdamai dengan keadaan itu butuh waktu.
Tergantung seberapa berharapnya saya akan suatu hal.
Sudah banyak peristiwa yang terjadi diantara saya dan Beliau.
Setelah awalnya saya masih mencoba berusaha untuk masuk kembali, memperbaiki hubungan kami.
Mencoba menjadi yang Beliau harapkan, mencoba menyenangkan hatinya dan memberikan yang terbaik untuk dirinya.
Emosi, rasa marah dan kekecewaan Beliau saya terima dengan ikhlas.
Saya meminta maaf untuk semua yang telah saya lakukan, saya coba untuk melakukan dan menjalani nasihat seperti yang Beliau katakan.
Saya terima dan saya seperti kembali menjalani hubungan kami dari awal tapi dengan kondisi yang lebih baik. (mungkin baik menurut saya, tapi tidak di matanya).
Kembali penolakan itu saya rasakan. Begitu tegas dan juga menyakitkan.
Untuk alasan yang saya sendiri tidak tau apa. Saya tidak tau harus berbuat apa lagi dan bagaimana.
Dan tanpa saya sadari, ternyata saya menyimpan rasa marah dan dendam.
Rasa itu begitu kuat saya rasakan.
Saya menutup hati saya, mengeraskan hati untuk tidak lagi meminta maaf untuk sesuatu yang saya sendiri tidak tau alasannya.
Saya tau, saya berdosa.
Saya tau saya salah karna tidak bisa kembali membuka hati untuk beliau dan juga mereka.
Hati saya kosong. Rasa marah itu tetap ada dan menetap.
Rasa cinta itu hilang. Dan kasih untuk beliau dan mereka pun lenyap.
Maafkan saya, kalau saya tidak seperti yang kalian inginkan.
Saya hanya manusia biasa yang bisa mecoba, berusaha tapi juga menyerah dan mematikan semua rasa.
Ketika saya memutuskan untuk pergi, tandanya saya mulai menjaga hati saya sendiri.
Menjaga hati orang-orang yang saya cintai, menjaga hati Beliau dan juga mereka yang terus tersakiti oleh saya
Saya pamit, biar hati saya pergi dulu…
Terima kasih untuk segala manis yang pernah diberi, untuk segala rasa yang pernah ada dan mungkin dilupa
Tentang segala cerita tentang saya dan mereka…
Saya pergi, ingin semua menjadi terlupa
Saya pergi, karna tak ingin satupun yang terluka, semoga…
Karenanya…saya pergi.
*jelang Natal 2014, saya pada satu keputusan dimana saya harus memilih dan saya memilih untuk TIDAK.
Have you ever wanted to cry but no tears came out
So you just stare blankly into space while feeling your heart break into pieces!
I’m not always strong, I break down too!