It’s not about Blood

Suara riang diseberang sana menyambut telpon saya sore ini dengan gembira.

Walau signal kadang tidak mendukung percakapan kami, tapi komunikasi kami tetap lancar dan menyenangkan.

Suara riangnya menghapus kekuatiran saya tentang keberadaannya.

Memang tidak bisa dipungkiri, kesibukan saya akhir-akhir ini membuat saya tidak lagi rutin menghubunginya.

Terakhir kali kami berbincang persis 15 hari yang lalu, 1 Mei.

Tanggal kelahiran saya, hari ulang tahun saya.

Pagi-pagi HP saya sudah berdering, ucapan selamat ulang tahun saya dapatkan darinya.

Dia yang tak pernah lupa tanggal-tanggal penting dalam kehidupan saya.

Dia yang selalu mengingat tanggal-tanggal penting keluarga kami.

Ulang tahun saya, ulang tahun anggota keluarga saya, tanggal pernikahan saya, semua diingatnya luar kepala.

HEBAT!!

Dia wanita berhati seluas samudera kedua yang saya kenal, selain Ibu saya.

Wanita sederhana yang tidak tamat mengenyam bangku sekolah.

Wanita yang punya kesabaran luar biasa menghadapi 3 anak asuh kecilnya, ditengah-tengah prahara rumah tangganya, dulu.

Wanita pantang menyerah dalam menghadapi ‘salib’ hidupnya sendiri, wanita sederhana dan tulus.

Saya mencintai dia, itu pasti.

Saya mengasihi dia, kadang kalau dipikir dengan akal sehat, melebihi saya mengasihi ibu kandung saya sendiri, walau pikiran itu GILA!

Tapi saya tetap mengasihi dia dengan cara saya, doa saya tak putus saya daraskan untuknya.

Saya bersyukur, diberi kesempatan oleh Tuhan untuk merasakan kasih sayang dari seorang Ibu kedua selain Ibu kandung saya sendiri.

Seorang Ibu yang tidak pernah melahirkan anak dari rahimnya sendiri, tapi kasih dan sayangnya terhadap kami anak-anak asuhnya begitu penuh.

Jika kalian bertanya, adakah hubungan darah diantara kami?

Jawabannya adalah TIDAK!

Kami tidak diikat oleh hubungan darah, kami tidak diikat oleh hubungan keluarga.

Dialah pengasuh saya.

Dari saya lahir sampai saya memasuki usia remaja.

Dia pengasuh keluarga kami, pengasuh keluarga besar kami.

Dia layaknya anggota keluarga bagi kami, setidaknya bagi saya, yang menggangap dia bukan lagi orang lain.

Hanya satu pinta saya pada Tuhan untuknya…

Jika saatnya tiba nanti, tolong bahagiakan dia di Surga-Mu

Karena mungkin kebahagiaan bukan menjadi miliknya pada saat dia berkarya selama hidupnya di dunia ini.

Orang-orang seperti dia-lah menurut saya yang layak akan kebahagiaan Kekal di Surga.

Family isn’t about blood.

It’s about the people in your life who want you in theirs. The ones who accept you for who you are!

*15 May 2015

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *